Memorabilia, Medium untuk Menjual Kenangan


resensi novel memorabilia


Judul Buku  : Memorabilia

Penulis     : Sheva
Tahun Terbit : Maret, 2016
Penerbit    : Bentang
Jumlah hal  : 294 hlm
ISBN       : 978-602-291-124-1

Arti kata memorabilia adalah sesuatu atau peristiwa yang patut untuk dikenang.

Bersama Januar dan Karsha, Jingga membangun bisnis majalah online Memorabilia yang berisikan foto barang yang hendak dijual. Namun, bisnis itu sedang di ujung tanduk. Jumlah pembaca semakin menurun seiring berkurangnya pemasukan iklan yang menjadi tulang punggung Memorabilia. Di dalam keadaan seperti itu datanglah Pak Pram yang ingin menjual gedung bioskop tua lengkap dengan segudang kisah kenangan.

Bagaimana jika ada tempat kamu bisa memberikan-bahkan menjual semua kesedihanmu? Menjual semua kesedihan yang menempel dan meninggalkan jejak di barang-barang milikmu? Barang-barang yang tidak ingin kamu bakar karena tidak tega. Barang-barang yang tidak akan kamu jual ke sembarang orang, karena kamu ingin menemukan orang yang tepat.

Memorabilia adalah medium yang tepat.

Memorabilia akan menampung kisahmu dan mencarikan orang yang tepat untuk membeli barangmu. Memorabilia akan membantumu berpisah dengan kesedihanmu secara perlahan, membantumu untuk tersenyum tanpa beban dan melupakan kenangan (Halaman 2)

Memorabilia adalah majalah digital yang dibuka pada website khusus-webxine atau website magazine, istilahnya. Memorabilia berisikan foto barang yang hendak dijual, serangkaian cerita tentang kenangan, dan kriteria orang yang bisa membeli memorabilia-memorabilia peninggalan dari kenangan tersebut. Majalah ini merangkum barang-barang bersejarah dalam memori banyak orang. Kebanyakan adalah memori yang pahit, yang ingin dilupakan. Dalam satu bulan, mereka menerbitkan dua volume webzite.

Memorabilia berdiri karena pertanyaan: “Hati ini sudah ringkih. Buat apa menambah beban dengan mengingat hal yang lalu?” (Halaman 5).

Singkatnya, memorabilia adalah setiap barang yang punya kenangan khusus untuk setiap orang. Barang-barang ini dulunya, mungkin sering memberikan yang baik.
Akan tetapi, hidup berubah. Orang-orang ikut berubah. Beberapa barang yang awalnya selalu memberikan memori-memori yang indah, malah membuat sakit hati. Membuat hati terjebak pada masa lalu. (Halaman11).

Tanpa cerita, semua ini mungkin hanya benda-benda biasa. Benda-benda yang sudah menguning, mengelupas, tidak layak digunakan, dan mungkin sudah tidak punya nilai lagi.
Akan tetapi, benda-benda ini menyimpan banyak rasa sesal, duka, perih, rasa terluka dan tersakiti, manis berujung pahit, hingga rasa benci. Semua rasa yang tidak ingin lagi diingat-ingat oleh pemiliknya yang terdahulu. Semua rasa yang ingin dilupakan.
Tidak ada orang yang ingin bersedih di dunia ini. Semua ingin bahagia. Jika hanya karena suatu benda mati, kebahagiaan seseorang menjadi buih tidak berarti maka sebuah tindakan harus dilakukan. (Halaman 43).

Memorabilia tidak perlu takut akan tutup, dan semua akan baik-baik saja. Kisah Om Pram punya daya tarik yang akan disukai pembaca. Namun, ada yang menahan diri Jingga untuk melakukannya. (Halaman 45).

Banyak narasumber yang ingin menjual barang kenangannya, tapi banyak juga yang ingin memberikannya secara sukarela seperti orang ini. Baik dibayar dengan uang atau tidak dibayar, setiap memorabilia yang sudah bertemu dengan para “calon pemilik berikutnya” akan dipilih baik-baik oleh Jingga dan kawan-kawan, agar orang yang memilikinya adalah orang yang tepat. (Halaman 48).

Beberapa barang memang akan lebih baik ketika diberikan kepada orang lain, agar lebih terurus dan mendapatkan...apa ya, masa depan? Ya, masa depan yang lebih baik. Barang itu bisa dapat kesempatan baru dengan pemilik baru. (Halaman 204).

Saya belajar bahwa melupakan berbeda dengan melepaskan. Melupakan seolah membuat segalanya tidak berarti. Melepaskan adalah kata yang lebih cocok. Dengan melepaskan, kita mengerti bahwa masa lalu ada di belakang, dan perlahan kita bergerak maju ke depan. Masa lalu yang ditinggalkan adalah sesuatu yang amat berarti, dan harus dilepaskan agar bisa menjalani hidup. (Halaman 286).

Memorabilia merupakan novel ketiga Sheva, penulis yang sudah menyukai dunia tulis-menulis sejak SD. Eternal Sunshine of The Spotless Mind, setumpuk kartu pos kosong, dan buku-buku bekas dari teman ibunya memicunya untuk menulis Memorabilia, di universe yang sama dengan tempat coffe shop Blue Romance berada.
* * * *

Baca juga: 

Resensi Buku Satu Lentera Seribu Cahaya
Resensi Buku Laris Manis Bisnis Wisata Halal
Resensiku Dimuat di Koran Jakarta

0 Komentar