Mimpi dalam Sebuah Cupcakes

Majalah Gadis

Dimuat di majalah Gadis no. 19 tgl 11-21 Juli 2014

Cerita ini pernah dimuat di majalah Gadis no.19 tanggal 11-21 Juli 2014. Sudah lama memang dan saya ingin menyimpannya di sini. Percikan merupakan salah satu bagian dari Gadis. Bisa dimuat di sini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri setelah berkali-kali ditolak. 

Percikan di Majalah Gadis 

Aku masih berada di atas tempat tidur saat semua anggota keluargaku bersiap-siap pergi ke taman kota untuk lari pagi bersama.

Aku nggak suka lari tapi kata papa aku harus berlari agar nggak ketinggalan sama yang lain. Papa benar, aku harus lari kalo masih mau makan roti bakar di pinggir taman.

Aku bangkit, mandi dan turun bergabung dengan kedua kakakku Kak Vido dan Kak Maya. Dibanding mereka, aku bukan apa-apa. Kak Vido, sebentar lagi menyelesaikan S-1 di usianya yang kesembilanbelas. Sedang Kak Maya, ia sudah mulai buka usaha butik di usia tujuhbelas. Tahun depan ia akan terbang ke Paris untuk kuliah mode gratis!

Fiuuh....! Aku menghembuskan napas kuat-kuat.
Rasanya dadaku sesak mengingat obrolanku dengan papa tadi malam. Intinya papa ingin aku ikut kursus tambahan selain sekolah. Beliau pasti prihatin melihat anak perempuannya tidak memiliki prestasi apa-apa.

Sepanjang lari pagi, aku banyak melamunkan nasibku ke depan. Hidupku yang tanpa tujuan akan membawaku terombang-ambing sat dewasa nanti.

Aku mengambil tempat di bawah pohon yang rindang sementara papa dan yang lain menunggu antrian roti bakar. Mataku berkeliling mengamati orang-orang di taman kota ini. Beberapa asyik lari pagi, jalan-jalan dengan bayinya, ada juga yang sibuk berjualan.

Kulihat seorang cewek baru datang dengan sepedanya. Ia menurunkan kotak-kotak makan berisi roti. Seorang pria membantunya untuk menata kotak dagangan itu di meja panjang.

Adonan cake kutuang ke dalam loyang muffin beralaskan cup kertas. Kumasukkan ke oven milik nenek. Ah, rasanya pasti enak.

Hari ini aku belajar bikin cupcakes di rumah nenek. Ibu dari ayahku itu memberikan tips rahasia tentang cake. Takarannya harus seimbang, tidak boleh kira-kira atau mengikuti keinginan. Kenali sifat-sifat bahan. Nenek punya banyak resep yang bisa kupelajari nanti.

Oh ya, sekarang aku sudah punya ide untuk masa depanku. Lulus SMA nanti aku akan kuliah di Perancis, belajar aneka kue, pulang ke tanah air buka toko kue sendiri.Dimulai dari garasi rumahku. Sebuah kedai cupcakes sederhana. Semua orang yang datang akan kuberi minuman ekstra semacam the lemon yang nikmat.

Lambat laun cupcake cokelat andalanku akan terbang ke berbagai negara, Singapura, Taiwan, Hongkong, Eropa bahkan Afrika. Aku mulai naik dalam karierku.

“Mama, Papa aku berhasil....!” seruku.

Kini kedai cupcakes aku sudah berdiri dan memiliki 100 cabang yang tersebar di seluruh  dunia. Aku punya ribuan karyawan. Setiap hari aku hanya berkeliling dari outlet satu ke outlet yang lain. Mengontrol kualitas, food testing, kinerja karyawan sampai kebersihan dapur.

Hmmm.... kuhirup aroma cupcakes yang lezat. Aroma dari dapur outletku.

“Vero, bangun, bangun!”

“Oh iya, cupcakes aku...”

“Cupcakes apa?” Tanya papa kebingungan. Kak Vido dan Kak Maya saling berpandangan.

Astaga! Rupanya aku ketiduran di bawah pohon. Aku sama sekali belum ke rumah nenek. Tapi tak apa paling tidak kini aku punya mimpi seperti kedua kakakku!

****



Baca Percikan yang lain: Mama & Buncis

0 Komentar